MAKALAH
ASUHAN PADA KLIEN YANG MENGHADAPI KEHILANGAN DAN KEMATIAN
ASUHAN PADA KLIEN YANG MENGHADAPI KEHILANGAN DAN KEMATIAN
Dosen
Pembimbing:
ERNA EKA WIJAYANTI, SST
Oleh
:
AJENG
GITA AMALIA
DENY
ANDRIANA .R
DEWI
JUMIATI
DYAH
AYU RAHMAWATI
EVI
PUSPITA
IKA
NUR FARISTI
NAILAS
SA’ADAH
NILA
RISKY P.
NOFI
EKA PUTRI
PUTRI
CHOIRUN .N
|
RENI
WAHYU LISMAWATI
RISKA
NOVITA .A
RISZA
ULFA .N
SITI
MUNADLIROH
SITI
MUSYAHADAH
SRI
MUNTAMAH
SU’UDIYAH
KHASANAH
WAHYU
NUR LINDA
WIDYA
SURYA .R
WINARTI
YUNI HERI SUSANTI
|
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN
Jl
P.Diponegoro No.17 telp (0356)321287
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan
kehadirat Allah SWT atas taufik, rahmat
dan hidayah-Nya, makalah ini dapat kami selesaikan tepat waktu.
Penulisan dan pembuatan makalah
ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah KDK. Adapun pembahasan kami dalam
makalah ini mengenai “Asuhan pada klien yang Menghadapi Kehilangan dan Kematian
”
Dalam penulisan makalah ini, kami
menemui banyak hambatan dikarenakan terbatasnya Ilmu Pengetahuan mengenai hal
yang berkenaan dengan penulisan makalah ini. Kami ucapkan terimakasih kepada :
1.
H.Miftahul Munir.,SKM,M.Kes
selaku ketua STIKES NU TUBAN
2.
Erna Eka Wijayanti, SST selaku
pembimbing mata kuliah KDK
3.
Seluruh mahasiswa dan pihak-pihak
yang membatu dalam menyelesaikan makalah ini
Harapan kami, makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca serta menjadi referensi khususnya bagi kami dalam
mengarungi masa depan.Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk memperbaiki karya
tulis kami selanjutnya.
Tuban, 07
Januari 2012
Penyusun
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar.........................................................................................................ii
Daftar
isi....................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan.................................................................................................
4
1.1
Latar
Belakang.................................................................................
4
1.2
Rumusan
Masalah............................................................................
4
1.3
Tujuan...............................................................................................
5
1.3.1
Tujuan
Umum.......................................................................
5
1.3.2
Tujuan
Khusus......................................................................
5
1.4
Manfaat..............................................................................................
5
BAB II
Pembahasan..................................................................................................
6
2.1 Konsep
Kehilangan...........................................................................
8
2.2
Konsep
Berduka................................................................................
12
2.3
Dampak
Kehilangan.........................................................................
13
2.4
Tindakan
Petugas Terhadap Keluarga yang Kehilangan............. 13
2.5
Jenis-jenis
Depresi.............................................................................14
2.6
Tindakan
Petugas Saat Menangani Pasien yang Mengalami Sakaratul Maut..................................................................................15
2.7
Perubahan
Tubuh Seseorang yang Meninggal............................... 15
BAB III
Penutup....................................................................................................... 18
3.1 Kesimpulan........................................................................................ 18
3.2 Saran.................................................................................................. 18
Daftar Pustaka..........................................................................................................
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dalam siklus kehidupan, setiap individu pasti
pernah mengalami perasaan kehilangan dan berduka. Kehilangan
adalah kondisi dimana seseorang mengalami kekurangan atau ketidaklengkapan sesuatu yang sebelumnya ada. Contoh amputasi, gangguan
fungsi tubuh dll. Berduka merupakan reaksi emosional terhadap kehilangan.
Perasaan kehilangan bisa mempengaruhi sikap
dan perilaku individu yang mengalaminya.
Kehilangan dapat mengancam kemampuan untuk
berkembang, kadang-kadang akan timbul regresi, serta merasa takut saat ditinggalkan
atau dibiarkan kesepian, kehilangan dapat juga menimbulkan disintegrasi dalam keluarga, dan menjadi pukulan yg sangat berat serta menghilangkan
semangat hidup individu yg ditinggalkan.
Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan
dan berduka sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami
proses ini ada keinginan untuk mencari bantuan kepada orang lain. Perawat atau bidan bekerja sama dengan
pasien yang mengalami berbagai tipe kehilangan dan membantu pasien untuk memahami dan menerima
kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat
berlanjut.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Apa yang dimaksud konsep kehilangan?
1.2.2
Apa yang dimaksud konsep berduka?
1.2.3 Bagaimana dampak dari kehilangan?
1.2.4
Bagaimana tindakan petugas terhadap keluarga yang
kehilangan?
1.2.5
Apa saja jenis-jenis dari depresi?
1.2.6 Bagaimana tindakan petugas saat menangani pasien yang mengalami sakaratul
maut?
1.2.7
Bagaiman perubahan tubuh seseorang yang meninggal?
1.3 Tujuan Masalah
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.1.1 Untuk memenuhi tugas SGD
1.3.1.2 Agar
mahasiswa kebidanan mampu mengerti dan memahami konsep kehilangan dan berduka.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Agar mengerti dan memahami konsep dasar
kehilangan dan konsep dasar berduka.
1.3.2.2 Agar mahasiswa kebidanan mengerti dan
memahami dampak dari kehilangan.
1.3.2.3 Agar mengerti dan memahami tindakan petugas
terhadap keluarga yang kehilangan.
1.3.2.4 Agar mengerti dan mampu bagaimana tindakan
petugas saat menangani pasien yang mengalami sakaratul maut.
1.4
Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Untuk mengembangkan
wawasan dan kemampuan bagi mahasiswa kebidanan dalam menyusun makalah secara
sistematis. Dapat menerapkan atau mempraktikkan ilmu pengetahuan yang diperoleh
pada masyarakat secara langsung serta menambah pengetahuan tentang konsep dasar
kehilangan dan berduka.
1.4.2 Bagi institusi
Menambah sumber
kepustakaan dan dapat digunakan sebagai masukan bagi teman-teman dan tim
penyusun selanjutnya dalam pembuatan makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
TRIGGER CASE 2
Ibu
Irma usia 20 tahun telah melahirkan 2 jam yang lalu anak pertama di rumah
sakit, setelah pernikahan 2 tahun. Bayi ibu Irma laki-laki, dengan BB 1900 gr,
lahir secara spontan yang mengalami sesak nafas (asfiksi), akral dingin dan
biru. Setelah dilakukan penanganan awal bayi kondisi bayi kejang dan ditemukan
tanda-tanda, keadaan umum lemah, pernafasan tidak teratur 18x/menit, nadi tidak
teraba, akral teraba dingin dan biru. Setelah diperiksa oleh bidan dinyatakan
bayi ibu Irma meninggal. Kemudian bidan memberitahu kepada ibu dan keluarga
bahwa bayinya meninggal, kemudian bidan melakukan perawatan jenazah. Akibat
kehilangan tersebut selama 2 hari setelah meninggalnya bayi, dari keluarga
mengatakan respon ibu Irma cenderung murung, menyendiri, dan nafsu makan
berkurang. Dari pemeriksaan subyektif dan obyektif yang didapatkan, ibu saat
ditanyakan keluhan menangis dan merasakan mual. Dari tanda obyektif ditemukan
ibu terlihat berduka, muka terlihat pucat, dan detak jantung cepat, serta
pernafasannya terganggu. Jadi, disimpulkan ibu Irma mengalami depresi post
partum karena kehilangan anaknya. Salah satu tindakan bidan yang diberikan
adalah memberikan konseling kepada ibu Irma, setelah diberikan konseling ibu
Irma merasakan keadaannya lebih baik.
Identifikasi Istilah,
Kata Unfamiliar
1. Asfiksia : keadaan dimana bayi
baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur.
2. Depresi post partum : depresi yang dialami oleh seorang wanita
setelah melahirkan.
3. Konseling : proses pemberian
bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli(disebut konselor/ pembimbing) kepada
individu yang mengalami suatu masalah yang bermuara pada teratasinya masalah
yang dihadapi.
4. Lahir secara spontan : kelahiran
dengan tenaga mengejan dari ibu, tanpa bantuan alat apapun, seperti vakum,
dengan presentasi belakang kepala.
5. Respon : suatu tanggapan hasil dari
rangsangan / stimulus.
6. Menangis : suau keadaan ekspresi
pada seseorang tersebut bersedih.
7. Mual : sensasi kegelisahan dan ketidaknyamanan
di atas pert dan kepala dengan dorongan untuk muntah.
8. Perawatan Jenazah : perawatan
pasien setelah meninggal, perawatan termasuk menyiapkan jenazah untuk
diperlihatkan pada keluarga, transportasi ke kamar jenazah dan melakukan
penyerahan barang2 milik pasien.
9. Murung : kesaksian yang buruk.
10.
Kejang : gerakan otot tonik atau klonik yanginvolunter yang merupakan serangan
berkala disebabkan oleh lepasnyamuatan listrik neuron kartikalsecara
berlebihan/suatu seri gerakan oto yang kuat dan tidak terkontrol datang secara
tiba-tiba.
11. Akral : ujungektremitas
atau ujung jari
12.
Berduka : respon fisik dan psikologis yang terpola spesifik pad individu yang
mengalami kehilangan.
13.
Meninggal : terpisahnya nyawa atau raga dalm tubuh seseorang dan tidak
berfungsinya anggota tubuh seseorang
14.
Kehilangan : kondisi dimana seseorang mengalami kekurangan atau ketidak
lengkapan sesuatu yang sebelumnya ada. Situasi dimana individu kehilangan
sesuatu yang sebelumnya ada.
15.
Subyektif : data yang diperoleh dari
anamnesa pada klien, atau keluarga. Obyektif adalah data yang diperoleh dari
pemeriksaan fisik pada pasien.
16. Pucat : keadaan biasanya nampak pada
wajah yg nampak putih kemerah merahan, tetapi terlihat putih semu hijau dan
nampak lesu, sedangkan kulitnya lembab otot-ototnya nampak kebiru-biruan yg mengalami wajah pucat krn
kurang darah / kekurangan zat2 serta vitamin yg dibutuhkan tubuh.
17. Penanganan Awal : pemberian pertolongan
segera pda penderita sakit/ cedera/ kecelakaan yg membutuhkan penanganan medis
dasar.
18. Rumah Sakit : Sebuah institusi
perawatan kesehatan profesional yg pelayanannya disediakan oleh dokter,
perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya.
19. Nafsu Berkurang : menurunnya
keinginan untuk melakukan aktfitas bisa krna kelelahan, atupun mendapat tekanan
psikososial.
20. Nadi : Sistem pembuluh darah yg
mengeluruh tubuh edarkan darah bersih atau oksigen ke seluruh tubuh seseorang.
2.1
Konsep
Kehilangan
2.1.1 Definisi kehilangan
Kehilangan
kondisi dimana seseorang mengalami kekurangan atau ketidaklengkapan
sesuatu yang sebelumnya ada. Contoh amputasi, gangguan fungsi tubuh dll. Rasa
kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu selama
kehidupannya. Sejak lahir, individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung
akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda. Setiap individu
akan bereaksi terhadap kehilangan.
2.1.2
Bentuk
Kehilangan
Adapun bentuk dari
kehilangan yaitu:
1. Kehilangan
Maturasional
Kehilangan
yang diakibatkan oleh tranmisi kehidupan normal untuk pertama kalinya misal :
anak yang mulai berjalan kehilangan citra tubuh semasa bayinya.
2. Kehilangan
Situasional
Kehilangan
yang terjadi secara
tiba-tiba dalam merespons kejadian eksternal spesifik misal kematian mendadak
dari orang yang dicintai.
2.1.3
Tipe-tipe
Kehilangan
1. Kehilangan
Nyata
Kehilangan
yang dapat diidentifikasi oleh individu atau orang lain contoh : amputasi
dan kehilangan fungsi tubuh.
2. Kehilangan
yang dirasakan
Kehilangan
yang dapat dirasakan oleh individu, tetapi tidak oleh orang lain misal :
menurunkan harga diri.
2.1.4
Jenis-jenis
Kehilangan
1. Kehilangan
benda external
Mencakup segala
kepemilikan yang telah menjadi uang, berpindah tempat, dicuri, atau rusak
karena bencana alam.
2. Kehilangan
lingkungan yang
telah dikenal
Bisa diartikan dengan
terpisahnya dari lingkungan yang sangat dikenal termasuk dari latar belakang
keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian secara permanen, misalnya
berpindah rumah, dirawat di rumah sakit atau berpindah pekerjaan.
3. Kehilangan
sesuatu atau seseorang yang berarti
Kehilangan yang sangat
bermakna atau orang yang sangat berarti adalah salah satu kehilangan yang
sangat membuat stress, misalnya pekerjaan, kepergian anggota keluarga atau
teman dekat, orang yang dipercaya atau binatang peliharaan, perceraian.
4. Kehilangan
aspek diri
Kehilangan
aspek dalam diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi fisiologis, atau
psikologis.
5. Kehilangan
hidup
Dimana
seseorang mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon
pada
kegiatan dan orang disekitarnya sampai pada kematian yang sesungguhnya, misalnya
kematian anggota keluarga, teman dekat atau diri sendiri atau orang yang hidup
sendirian dan sudah menderita penyakit terminal sekian lama dan kematian
merupakan pembebasan dari penderitaan. .
2.1.5
Faktor-faktor
Resiko yang Menyertai Kehilangan menurut
martocchio:
1. Status
sosial ekonomi yang rendah
2. Kesehatan
yang buruk
3. Kematian
yang tiba-tiba atau sakit yang mendadak
4. Merasa
tidak adanya dukungan sosial yang memadai.
5. Kurangnya
dukungan dari kepercayaan keagamaan.
6. Kekurangan
dukungan dari keluarga atau seseorang yang tidak dpat mengadapi ekspresi
berduka.
7. Kecendrungan
yg kuat tentang keteguhan pada seseorang sblum keatian/kehidupan setelah mati
dari seseorang yg sudah mati.
8. Reaksi
yg kuat tentang distress, kemarahan dan mencela diri sendiri.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REAKSI KEHILANGAN
a. Perkembangan
.
-
Anak- anak.
*
Belum mengerti seperti orang dewasa, belum bisa merasakan.
*
Belum menghambat perkembangan.
*
Bisa mengalami regresi
- Orang Dewasa
Kehilangan membuat orang
menjadi mengenang tentang hidup, tujuan hidup, menyiapkan diri bahwa kematian
adalah hal yang tidak bisa dihindari.
b.
Keluarga.
Keluarga mempengaruhi
respon dan ekspresi kesedihan. Anak terbesar biasanya menunjukan sikap kuat,
tidak menunjukan sikap sedih secara terbuka
c.
Faktor Sosial Ekonomi.
Apabila yang meninggal
merupakan penanggung jawab ekonomi keluarga, beraati kehilangan orang yang
dicintai sekaligus kehilangan secara ekonomi.Dan hal ini bisa mengganggu
kelangsungan hidup.
d.
Pengaruh Kultural.
Kultur mempengaruhi
manifestasi fisik dan emosi. Kultur ‘barat’ menganggap kesedihan adalahsesuatu
yang sifatnya pribadi sehingga hanya diutarakan pada keluarga, kesedihan tidak
ditunjukan pada orang lain. Kultur lain menggagap bahwa mengekspresikan
kesedihan harus dengan berteriak dan menangis keras-keras.
e. Agama.
Dengan agama bisa menghibur dan menimbulkan
rasa aman. Menyadarkan bahwa kematian sudah ada dikonsep dasar agama. Tetapi
ada juga yang menyalahkan Tuhan akan kematian.
f. Penyebab Kematian
Seseorang yang ditinggal anggota keluarga
dengan tiba-tiba akan menyebabkan shock dan tahapan kehilangan yang lebih lama.
Ada yang menganggap bahwa kematian akibat kecelakaandiasosiasikan dengan
kesialan.
2.2 Konsep Berduka
2.2.1 Definisi Berduka
Merupakan reaksi emosional terhadap
kehilangan. Hal ini diwujudkan dengan berbagai cara yang unik pada
masing-masing individu berdasarkan pengalaman pribadi, ekspektasi budaya, dan
keyakinan spiritual yang dianutnya. Hal ini terjadi dalam masa kehilangan dan
sering dipengaruhi oleh kebudayaan atau kebiasaan.
2.2.2 Jenis-jenis Berduka
1. Berduka
normal terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap
kehilangan.
2. Berduka
antisipatif, yaitu proses melepaskan diri yang muncul sbelum kehilangan atau
kematian yang sesungguhnya terjadi.
3. Berduka
yang rumit, dialami oleh individu yang sulit untuk maju ke tahap berikutnya.
4. Berduka
tertutup, yaitu kedukaan dengan kehilangan yang tidak dpat diakui secara
terbuka.
2.2.3
Respons
Berduka
Respons
individu ketika berduka terhadap kehilangan dapat
melalui tahap-tahap sebagai berikut.
1. Tahap
pengingkaran
Reaksi awal individu
yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya dan tidak mengerti atau
mengingkari kenyataan bahwa kehilangan benar-benar telah terjadi.
2. Tahap
kemarahan
Pada tahap ini,
individu menolak kehilangan.
3. Tahap
tawar menawar
Pada tahap ini, terjadi
penundaan kesadaran atas kenyataan terjadinya kehilangan.
4. Tahap
depresi
Pada tahap ini, pasien
sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang-kadang bersikap sangat penurut,
tidak mau bicara, menyatakan keputusan, rasa tidak berharga, bahkan bisa muncul
keinginan bunuh diri.
5. Tahap
penerimaan
Tahap ini berkaitan
dengan reorganisasi rasa kehilangan.
2.2.4
Tanda
dan Gejala Berduka
1. Efek
sosial
a.
Menarik diri dari
lingkungan
b. Isolasi
(emosi dan fisik) dari istri, keluarga dan teman.
2.3 Dampak Kehilangan
1. Pada
masa anak-anak, kehilangan dapat mengancam kemampuan untuk berkembang,
kadang-kadang akan timbul regresi, serta merasa takut saat ditinggalkan atau
dibiarkan kesepian.
2. Pada
masa remaja atau dewasa muda, kaehilangan dapat menimbulkan disintegrasi dalam
keluarga.
3. Pada
masa dewasa tua, kehilangan khususnya karena kematian pasangan hidup, dapat
menjadi pukulan yang sangat berat dan menghilangkan semangat huyidup individu yang
ditinggalkan.
2.4 Tindakan Petugas terhadap Keluarga yang
Kehilangan
1. Tindakan
pada pasien dengan tahap pengingkaran
-
Memberikan kesempatan
pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
-
Menunjukkan sikap
menerima dengan ikhlas kemudian mendorong pasien untuk berbagi rasa.
-
Memberikan jawaban yg
jujur terhadap pertanyaan pasien tentang
sakit, pengobatan, dan kematian.
2. Tindakan
pada Pasien dengan Tahap Kemarahan
Mengizinkan dan
mendorong pasien untuk mengungkapkan rasa marahnya secara verbal tanpa
melawanya kembali dengan kemarahan.
3. Tindakan
pada pasien dengan tahap tawar menawar
Membantu pasien dalam
mengungkapkan rasa bersalah dan takut.
4. Tindakan
pada Pasien dengan Tahap Depresi
§ Membantu
pasien mengidentifikasi rasa bersalah dan takut.
§ Membantu
pasien mengurangi rasa bersalah.
5. Tindakan
pada Pasien dengan Tahap Penerimaan
Membantu pasien
menerima kehilangan yg tidak bisa dielakkan.
2.5 Jenis-Jenis Depresi
a. Menurut
WHO berdasarkan tingkat penyakit
1. Depresi
Psikogenik
Depresi ini terjadi
karena pengaruh psiologis individu.
2. Depresi
Endogenik
Depresi ini diturunkan
biasanya timbul tanpa didahului oleh masalah psikologis/fisik tertentu, tetapi
bisa juga dicetuskan oleh trauma fisik maupun psikis.
3. Depresi Somatogenik
Pada Depresi ini
dianggap bahwa faktor2 jasmani berperan dlm timbulnya depresi.
b. Berdasarkan
pada gejala dan tanda-tanda terbagi menjadi
1. Depresi
reaktif
Merupakan istilah yang
digunakan untuk gangguan mood depresi yang ditandai oleh apati dan retardasi
atau oleh kecemasan dan agtasi.
2. Exhaustion depression.
Merupakan depresi yang ditimbulkan setelah bertahun-bertahun masa laten, akibat
tekanan perasaan yang berlarut-larut, goncangan jiwa yang berturut atau
pengalaman berulang yang menyakitkan.
3. Depresi neurotic.
Asal mulanya adalah konflik-konflik psikologis masa anak-anak (seperti keadaan
perpisahan dengan ibu pada masa bayi, hubungan orang tua anak yang tidak
menyenangkan) yang selama ini disimpan dan membekas dalam jiwa penderita.
2.6 Tindakan Petugas Saat Menangani Pasien
yang Mengalami Sakaratul Maut
- Memberi tahu pada keluarga tentang tindakan yg akan dilakukan.
- Mendekatkan alat.
- Memisahkan pasien dgn pasien lain.
- Mengizinkan keluarga untuk mendampingi pasien tdk boleh ditinggalkan sendiri.
- Membersihkan pasien dari keringat.
- Membasahi bibir pasien dgn kassa lembab, bila tampak kering menggunakan pinset.
- Membantu melayani dalam upacara keagamaan.
- Mengobservasi tanda2 kehidupan (vital sign) terus menerus.
- Mencuci tangan.
- Melakukan dokumentasi tindakan.
2.7 Perubahan pada Tubuh Seseorang yang
Meninggal
1.
Death Rattle
Death Rattle adalah istilah umum rumah sakit saat pasien yang hendak
meninggal mengeluarkan suara yang mengerikan, namun apa sebab suara ini keluar? Hal
ini terjadi setelah hilangnya refleks batuk dan kehilangan
kemampuan untuk menelan.
2. Cheynes-Stokes Respiration
Ini adalalah pola pernapasan yang sangat abnormal
ditandai dengan napas yang sangat cepat dan kemudian periode tidak bernapas
(apnea).
Dalam jangka pendek, jantung menjadi lemah dan terlalu
banyak bekerja, ini membuat tubuh hiperventilasi (bernapas normal cepat) dan
kemudian, tidak ada energi lebih untuk bernapas untuk jangka waktu lama (apnea).
3. Defecation
Setelah kematian, setiap otot dalam tubuh manusia akan
berhenti untuk menerima energi dalam
bentuk ATP. Akibatnya, perut akan relaks dan buang air
besar dapat terjadi.
4. Rigor Mortis
Setelah kematian, tubuh tidak mampu untuk
memecahkan ikatan yang
menyebabkan kontraksi - menyebabkan keadaan kontraksi terus-menerus.
5. Livor Mortis
Livor mortis adalah warna ungu-merah yang muncul
ketika darah tenggelam kebagian tubuh tertentu.
6. Algor Mortis
Adalah turunnya temperatur tubuh seiring dengan kematian. Terjadi bila suhu
diluar lebih dingin dari suhu tubuh. Orang yang meninggal di lantai kamar mandi
lebih cepat turun suhu tubuhnya daripada orang yang meninggal di luar, anak
kecil lebih cepat turun suhu tubuhnya daripada orang gemuk. Namun normalnya
butuh 24 jam sampai tubuh benar-benar menjadi dingin atau suhu tubuhnya sama
dengan lingkungan sekitar.
7. Tache Noire
Tache Noire, secara harfiah berarti ”titik
hitam”, adalah garis cokelat gelap kemerahan yang akan
membentuk horizontal di bola mata. Selama
hidup bola mata tetap lembab karena berkedip, tapi
kadang-kadang mereka tidak lagi dilindungi setelah
kematian. Oleh karena itu, Tache Noire akan
terjadi pada individu yang kelopak mata tidak
tertutup setelah kematian.
8. Purge Fluid
Adalah cairan berwarna merah kecoklatan yang keluar dari mulut dan lubang
anus, sering disalahartikan sebagai cedera otak atau darah
biasa. Ini muncul sebagai akibat dari gas yang
terbentuk di seluruh tubuh.
9. Degloving
Setelah kematian kulit akan mengelupas, terutama kulit pada jari-jari dan
kuku, gejala ini membuat kulit mengelupas seperti sarung tangan atau kaos kaki.
Hal ini tejadi sebagai akibat dari pembengkakan gas pada batang, leher dan
anggota badan, yang menjadi bengkak sehingga seseorang dapat mengira mayat itu
obesitas. Ketika gas busuk berada di bawah sejumlah besar tekanan, mereka
melepaskan diri dari tubuh dan seluruh masa yang membusuk hancur bersama
jaringan lunak.
10. Maceration
Maserasi berarti “lunak dalam rendaman” dalam bahasa
Latin. Hal ini mengacu kepada bayi yang mati dalam
rahim, antara bulan keenam dan bulan kesembilan kehamilan
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kehilangan
kondisi dimana seseorang mengalami kekurangan atau ketidaklengkapan
sesuatu yang sebelumnya ada. Bentuk
kehilangan yaitu kehilangan
situasional dan kehilangan
maturasional. Jenis-jenis kehilangan yaitu
kehilangan benda external, kehilangan lingkungan yang telah dikenal, kehilangan
sesuatu atau seseorang yang berarti, kehilangan aspek diri, dan kehilangan
hidup.
Berduka merupakan reaksi emosional terhadap
kehilangan. Jenis-jenis berduka ada
empat yaitu berduka normal, berduka antisipatif, berduka yang rumit, dan berduka
tertutup. Dampak kehilangan pada masa anak-anak kehilangan dapat
mengancam kemampuan untuk berkembang, Pada
masa remaja dewasa muda kaehilangan dapat menimbulkan disintegrasi dalam
keluarga, dan Pada masa dewasa tua, kehilangan khususnya karena kematian
pasangan hidup, dapat menjadi pukulan yang sangat berat dan menghilangkan
semangat hidup individu yang ditinggalkan. Jenis-jenis depresi menurut WHO berdasarkan tingkat
penyakit ada tiga yaitu depresi psikogenik, depresi endogenik, dan depresi somatogenik. Sedangkan berdasarkan pada gejala dan
tanda-tanda terbagi menjadi tiga yaitu depresi
reaktif, exhaustion depression, dan depresi neurotic.
Perubahan pada tubuh seseorang yang
meninggal yaitu death rattle, cheynes-stokes respiration, defecation, rigor mortis,
livor mortis, algor mortis, tache noire,
purge fluid, degloving, dan maceration.
3.2
Saran
1.
Klien yang
mengalami kehilangan dan berduka hendaknya tidak terlalu berlarut-larut dalam
kesedihan karena akan menyebabkan depresi.
2.
Dalam menangani
klien yang mengalami kehilangan dan berduka, tenaga kesehatan harus melakukan
tindakan terhadap keluarga yang ditinggalkan
dengan cara menenangkan hati keluarga agar membantu keluarga menerima
kehilangan yg tidak bisa dielakkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Uliyah, Musrifatul. 2008. Keterampilan
Dasar Praktik Klinik. Jakarta : Salemba Medika
Sunarsih, Tri. 2009. KDPK
Kebidanan. Jogjakarta : Nuha Medika
Niven, Neil.
2003. Psikologi Kesehatan Pengantar untuk Perawat dan Profesional kesehatan.
Jakarta : EGC