MAKALAH
ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS BAYI DAN ANAK PRASEKOLAH
Adaptasi Bayi Baru Lahir
Dosen pembimbing :
Erna Eka Wijayanti, SST
1. Ainur Rohmah 11. Dian nur Apriyani
2.
Ajeng gita Amalia 12. Dyah Ayu Rahmawati
3.
Anika Nurfadilatin 13. Evi Puspita
4.
Aniqotul fitriyah 14. Fadlilah Ulfa Cahyani
5.
Avo dewi Nurchasanah 15. Fifik nur kholisoh
6.
Avyn malita pamungkas 16. Hidayatul Chusna
7.
Deni sri wahyuni 17. Ika Nur Faristi
8.
Deni Andriana ristiva 18. Ika Putri Nugraheni
9.
Desi bertika Ratma 19. Indah Lismawati
10.
Dewi Jumiati 20. Intan Indah Ma’arifatin
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA
TUBAN
PRODI DIII
KEBIDANAN
JL.DIPONEGORO 17 TUBAN
TAHUN
AKADEMIK 2012 – 2013
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT.
Atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan Makalah yang berjudul Adaptasi Bayi Baru Lahir.
Dalam penulisan makalah ini, kami
menemui banyak hambatan dikarenakan terbatasnya Ilmu Pengetahuan mengenai hal
yang berkenaan dengan penulisan makalah ini. Kami ucapkan terimakasih kepada :
1.
H.Miftahul Munir.,SKM,M.Kes
selaku kepala STIKES NU TUBAN
2.
Erna Eka Wijayanti, SST selaku
pembimbing mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus dan Anak Prasekolah
3.
Seluruh mahasiswa dan pihak-pihak
yang membatu dalam menyelesaikan makalah ini
Harapan kami,
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta menjadi referensi khususnya
bagi kami dalam mengarungi masa depan. Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan, maka kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk
memperbaiki karya tulis kami selanjutnya.
Wassalammu’alaikum Wr.Wb.
Tuban, 04 November 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang................................................................................ 1
1.2
Rumusan Masalah........................................................................... 1
1.3
Tujuan............................................................................................. 2
1.4
Manfaat........................................................................................... 2
BAB
II ISI
2.1
Adaptasi Pernafasan Bayi baru lahir............................................... 3
2.2
Adaptasi Termoregulasi Bayi Baru Lahir....................................... 8
2.3
Adaptasi Kardiovaskuler Bayi Baru Lahir..................................... 14
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan..................................................................................... 18
3.2
Saran............................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sebagai
seorang bidan harus mampu memahami tentang beberapa adaptasi atau perubahan
fisiologi Bayi Baru Lahir (BBL). Hal ini sebagai dasar dalam memberikan asuhan
kebidanan yang tepat. Setelah lahir, BBL harus mampu beradaptasi dari keadaan
yang sangat tergantung (plasenta) menjadi mandiri secara fisiologi. Setelah
lahir, bayi harus mendapatkan oksigen melalui sistem sirkulasi pernapasannya
sendiri, mendapatkan nutrisi per oral untuk mempertahankan kadar gula darah yang
cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit atau infeksi.
Saat
lahir, bayi baru lahir harus beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung
menjadi mandiri. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula
berada dalam lingkungan internal ke lingkungan eksternal. Saat ini bayi
tersebut harus dapat oksigen melalui sistem sirkulasi pernapasannya sendiri,
mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula yang cukup, mengatur
suhu tubuh, dan melawan setiap penyakit.
Periode
adaptasi ini disebut sebagai periode transisi, yaitu dari kehidupan di dalam
rahim ke kehidupan di luar rahim. Periode ini berlagsung sampai 1 bulan atau
lebih. Transisi yang paling cepat terjadi adalah pada sistem pernapasan,
kardiovaskuler, dan termoregulasi.
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
adaptasi pernafasan Bayi Baru Lahir?
2. Bagaimana
termoregulasi Bayi Baru Lahir?
3. Bagaimana
adaptasi kardiovaskuler Bayi Baru Lahir?
1.3
Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui
bagaimana penatalaksanaan adaptasi Bayi Baru Lahir
1.3.2 Tujuan Kusus
1.
Untuk menjadikan mahasiswa lebih
memahami adaptasi Bayi Baru Lahir
2.
Untuk menjadikan mahasiswa lebih mengetahui hal – hal apa saja yang dapat
mempengaruhi adaptasi Bayi Baru Lahir
3.
Menjadikan mahasiswa yang tanggap
mengenai adaptasi Bayi Baru Lahir
1.4
Manfaat
Sebagai
sarana memperluas wawasan mengenai adaptasi Bayi Baru Lahir
BAB II
PEMBAHASAN
Adaptasi Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan Di Luar Uterus
Bayi Baru Lahir adalah seorang bayi
yang mendadak mengalami perpisahan, kebebasan, dan terlepas dari ketergantungan
terhadap ibunya. Bayi di dalam proses kelahirannya mengalami kesakitan, dingin,
dan syok.
Dari sudut pandang bayi proses
kelahiran merupakan pengalaman traumatic di mana sebelumnya selama 9 bulan
janin mendapatkan kehangatan, perlindungan, bebas rasa sakit, kedinginan dan
hampir tidak mengalami ketegangan sehingga dengan adanya perubahan kehidupan
yang mendadak tersebut BBL (Bayi Baru Lahir) sangat membutuhkan untuk bertahan,
butuh rasa aman dan nyaman, serta membutuhkan rasa memiliki dan kasih sayang.
Saat lahir, bayi baru lahir harus
beraadaptasi dari keadaan yang sangat tergantung menjadimandiri. Banayak
perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalamlingkungan interna
ke lingkungan eksterna . Saat ini bayi tersebut harus dapat oksigen melalui
sistem sirkulasi pernapasannya sendiri, mendapatkan nutrisi oral untuk
mempertahankankadar gula yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap
penyakit.Periode adaptasi terdahadap kehidupan diluar rahim disebut periode transisi. periode
ini berlangsung hingga 1 bulan atau lebih setelah kelahiran untuk beberapa
sistem tubuh.Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem
pernafasan dan sirkulasi,sistem termoregulasi dan dalam kemampuan mengambil
serta menggunakan glukosa.
2.1 Adaptasi Pernafasan
Bayi Baru Lahir
Definisi
Neonatus (Bayi Baru Lahir) normal adalah bayi yang baru lahir sampai usia 4
minggu lahir biasanya dengan usia gestasi 38-42 minggu.Bayi lahir melalui jalan
lahir dengan presentasi kepala ssecara spontan tanpa gangguan,menangis
kuat,nafas secara spontan dan teratur, berat badan antara 2500-4000gram dan
panjangnya 14-20 inci (35.6-50.8 sentimeter, walaupun bayi baru lahir pramasa
adalah lebih kecil).
Kepala bayi
baru lahir itu amat besar di banding bagian-bagian badan yang lain, Sedangkan
tengkorak manusia dewasa adalah kurang lebih 1/8 dari panjang badan. Ketika
dilahirkan, tengkorak bayi baru lahir masih belum sempurna menjadi tulang.
Setengah bayi baru lahir mempunyai bulu halus yang dinamakan lanugo, khususnya
di belakang, bahu, dan dahi bayi pramasa. Lanugo hilang dengan sendirinya dalam
masa beberapa minggu. Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang
diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran sebagian
besar bayi baru lahir akan menunjukkan usaha napas pernapasan spontan dengan
sedikit bantuan atau gangguan. Jadi asuhan keperawatan pada bayi baru lahir
adalah asuhan keperawatan yang diberikan pada bayi yang baru mengalami proses
kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uteri kekehidupan
ekstra uteri hingga mencapai usia 37-42 minggu dan dengan berat 2.500- 4.000
gram.
Masa bayi
baru lahir (Neonatal) dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
·
Periode Partunate, dimana masa ini
dimulai dari saat kelahiran sampai 15 dan 30 menit setelah kelahiran.
·
Periode Neonate, dimana masa ini
dari pemotongan dan pengikatan tali pusar sampai sekitar akhir minggu kedua
dari kehidiupan pascamatur dua.
Tujuan utama dari adaptasi fisiologi BBL adalah untuk
mempertahankan hidupnya secara mandiri dengan cara :
·
Bayi harus mendapatkan oksigen
melalui sistem sirkulasi pernapasannya sendiri.
·
Mendapatkan nutrisi per oral untuk
mempertahankan kadar gula darah yang cukup.
·
Mengatur suhu tubuh dan melawan
setiap penyakit /infeksi.
Saat
kepala bayi melewati jalan lahir, ia akan mengalami penekanan yang tinggi pada
toraksnya, dan tekanan ini akan hilang dengan tiba-tiba setelah bayi lahir.
Proses mekanis ini menyebabkan cairan yang ada didalam paru-paru hilang karena
terdorong ke bagian perifer paru untuk kemudian di absorbsi. Karena terstimulus
oleh sensor kimia, suhu, serta mekanis akhirnya bayi memulai aktifasi nafas
untuk yang pertama kali.
Tekanan
intra toraks yang negatif disertai dengan aktifasi nafas yang pertama
memungkinkan adanya udara masuk kedalam paru-paru. Setelah beberapaa kali nafas
pertama, udara dari luar mulai mengisi jalan nafas pada trakea dan bronkus,
akhirnya semua alveolus mengembang karena terisi udara.
Fungsi
alveolus dapat maaksimal jika daalaam paru-paru bayi terdapat surfaktan yang
adekuat. Surfaktan membantu menstabilkan dinding alveolus sehingga alveolus
tidak koleps saat akhir nafas.
Perubahan
sistem pernapasan selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari
pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus
melalui paru – paru.
1.
Perkembangan paru-paru Paru-paru
berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabang dan kemudian
bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus proses ini terus
berlanjut sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolus akan
sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas
sepanjang trimester II dan III. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi
kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena
keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan
tidak tercukupinya jumlah surfaktan.
2.
Awal adanya napas Faktor-faktor yang
berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah : Hipoksia pada akhir
persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat
pernafasan di otak. Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi
paru - paru selama persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru -
paru secara mekanis. Interaksi antara system pernapasan, kardiovaskuler dan
susunan saraf pusat menimbulkan pernapasan yang teratur dan berkesinambungan
serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.
3.
Penimbunan karbondioksida (CO2).
Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang
pernafasan. Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi
sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan
janin. Perubahan suhu. Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.
4.
Surfaktan dan upaya respirasi untuk
bernapas Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk mengeluarkan
cairan dalam paru-paru dan mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk
pertama kali. Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat survaktan (lemak
lesitin /sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru – paru. Produksi
surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan jumlahnya meningkat sampai
paru-paru matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah
untuk mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding
alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan. Tidak adanya surfaktan
menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan, yang menyebabkan sulit
bernafas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen
dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi yang
sebelumnya sudah terganggu.
5.
Dari cairan menuju udara Bayi cukup
bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat bayi melewati jalan lahir
selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru.
Seorang bayi yang dilahirkan secara sectio cesaria kehilangan keuntungan dari
kompresi rongga dada dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu
lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas yang pertama udara memenuhi
ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru dikeluarkan dari
paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.
6.
Fungsi sistem pernapasan dan
kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler Oksigenasi yang memadai merupakan faktor
yang sangat penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara.Jika
terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasokontriksi. Jika
hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima
oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan penurunan oksigen
jaringan, yang akan memperburuk hipoksia. Peningkatan aliran darah paru-paru
akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan akan membantu menghilangkan
cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi
luar rahim.
2.2 Adaptasi
Termoregulasi Bayi Baru Lahir
A.
Pengertian
Termoregulasi adalah kemampuan untuk menjaga keseimbangan antara pembentukan panas dan kehilangan panas agar dapat mempertahankan suhu tubuh di dalam batas-batas normal.
Secara umum dikatakan normal
apabila memiliki ciri sebagai berikut :
·
Lahir pada masa gestasi 37 – 42 minggu
·
Ukuran
antropometri : berat badan berkisar antara 2500 gram – 4000 gram, panjang badan
48 – 52 cm, lingkar dada 30 – 38 cm, lingkar kepala 32 – 37 cm
·
Tanda vital dalam batas normal
·
Tidak ada kelainan atau kecacatan
Pada bayi-baru lahir, akan memiliki mekanisme pengaturan suhu tubuh yang belum efisien dan masih lemah, sehingga penting untuk mempertahankan suhu tubuh agar tidak terjadi hipotermi. Proses kehilangan panas pada bayi
dapat melalui proses konveksi, evaporasi, radiasi, dan konduksi. Hal ini dapat dihindari bila bayi dilahirkan dalam lingkungan
dengan suhu sekitar 25-28 oC, dikeringkan dan dibungkus dengan
hangat. Simpanan lemak
yang tersedia dapat digunakan sebagai produksi panas.
Intake makanan
yang adekuat merupakan suatu hal yang penting untuk mempertahankan suhu tubuh.
Jika suhu bayi menurun, lebih banyak energi yang digunakan untuk memproduksi
panas daripada untuk pertumbuhan dan terjadi peningkatan penggunaan O2, Bayi
yang kedinginan akan terlihat kurang aktif dan akan mempertahankan panas
tubuhnya dengan posisi fleksi dan meningkatkan pernafasannya secara menangis,
sehingga terjadi peningkatan penggunaan kalori yang mengakibatkan hipoglikemi
yang timbul dari efek hipotermi, begitu juga hipoksia dan hiperbilirubinemia.
Suhu yang tidak
stabil juga mengidentifikasikan terjadinya infeksi, sehingga tindakan yang
dilakukan harus menghindari terjadinya kehilangan panas pada bayi baru lahir.
Suhu tubuh bayi yang normal sekitar 36,5-37 oC
B.
Perubahan Sistem Termoregulasi
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga akan
mengalami stress dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan. Pada saat bayi
meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi tersebut kemudian masuk ke
dalam lingkungan ruang bersalin yang jauh lebih dingin. Suhu dingin ini
menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, sehingga mendinginkan darah bayi.
Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil
merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali
panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan
lemak coklat terdapat di seluruh tubuh, dan mereka mampu meningkatkan panas
tubuh sampai 100 %. Untuk membakar lemak coklat, seorang bayi harus menggunakan
glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas.
Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh bayi baru lahir dan cadangan
lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin.
Semakin lama usia kehamilan, semakin banyak persediaan lemak coklat bayi. Jika
seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan
asidosis. Oleh karena itu, upaya pencegahan kehilangan panas merupakan
prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada
bayi baru lahir. Disebut sebagai hipotermia bila suhu tubuh turun dibawah 36o
C. Suhu normal pada neonatus adalah 36,5 – 37o C.
Bayi baru lahir mudah sekali terkena hipotermia
Bayi hipotermi
adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal. Adapun suhu normal bayi adalah 36,5-37,5 °C. Suhu normal pada neonatus
36,5-37,5°C (suhu ketiak). Gejala awal hipotermi apabila suhu <36°C atau
kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi
terasa dingin maka bayi sudah mengalami hipotermi sedang (suhu 32-36°C).
Disebut hipotermi berat bila suhu <32°C, diperlukan termometer ukuran rendah
(low reading thermometer) yang dapat mengukur sampai 25°C. (Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirahardjo, 2001).
Disamping
sebagai suatu gejala, hipotermi merupakan awal penyakit yang berakhir dengan
kematian. (Indarso, F, 2001). Sedangkan menurut Sandra M.T. (1997) bahwa
hipotermi yaitu kondisi dimana suhu inti tubuh turun sampai dibawah 35°C.
Gejala hipotermia umumnya :
1. Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi kurang aktif,
letargis, hipotonus, tidak kuat
menghisap ASI dan menangis lemah.
2.
Pernapasan
megap-megap dan lambat, denyut jantung menurun.
3.
Timbul sklerema
: kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian punggung, tungkai dan
lengan.
4.
Muka bayi
berwarna merah terang
5. Hipotermia menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan
berakhir dengan kegagalan fungsi jantung, perdarahan terutama pada paru-paru,
ikterus dan kematian.
Hilangnya panas pada bayi
Hilangnya panas
pada bayi merupakan keadaan yang merugikan, karena itu suhu tubuh normal pada
bayi harus dipelihara. Menurut buku Maternal and Neonatal Nursing, 1994,
hilangnya panas pada bayi baru lahir melalui empat cara yaitu :
a. Radiasi
Radiasi yaitu : transfer panas dari bayi kepermukaan yang lebih dingin, dan
obyek yang tidak berhubunganlangsungdenganbayi. Hal tersebut dapat diartikan,
panas tubuh bayi memancar ke lingkungan sekitar bayi yang lebih dingin.
Contoh :
1.Udara dingin
pada dinding luar dan jendela
2. Penyekat
tempat tidur bayi yang dingin
Cara mengatasi :
·
Kurangi
benda-benda yang menyerap panas (logam)
·
Tempatkan
ayunan bayi tempat tidur jauh dari tembok (diluar) atau jendela jika mungkin.
b. Evaporasi
Evaporasi yaitu : hilangnya panas ketika air dari kulit bayi menguap.
Kondisi tersebut disebabkan karena adanya cairan ketuban yang membasahi kulit bayi menguap.
Kondisi tersebut disebabkan karena adanya cairan ketuban yang membasahi kulit bayi menguap.
Contoh :
1.Bayi lahir tidak langsung
dikeringkan dari cairan ketuban.
2.Selimut atau popok basah
bersentuhan dengan kulit bayi.
Cara mengatasi :
·
Saat mandi,
siapkan lingkungan yang hangat.
·
Basuh dan
keringkan setiap bagian untuk mengurangi evaporasi
·
Batasi waktu
kontak dengan pakaian atau selimut basah
c. Konduksi
Konduksi yaitu
: transfer panas yang terjadi ketika bayi kontak langsung dengan permukaan
obyekyangdingin. Pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa pindahnya panas
tubuh bayi karena kulit bayi langsung kontak dengan permukaan yang lebih
dingin.
Contoh :
1.Tangan perawat yang dingin
2.Tempat tidur, selimut,
stetoskop yang dingin
Cara mengatasi
:
·
Hangatkan
seluruh barang-barang untuk perawatan (stetoskop, timbangan, tangan pemberi
perawatan, baju, sprei)
d. Konveksi
Konveksi yaitu
: Hilangnya panas pada bayi yang terjadi karena aliran udara yang dingin
menyentuk kulit bayi Hal tersebut terjadi karena aliran udara sekeliling bayi
yang dingin.
Contoh :
1.Bayi diletakan didekat pintu
atau jendela yang terbuka
2.Aliran udara dari pipa AC.
Cara mengatasi :
·
Hindari aliran
udara (pendingin udara, kipas angin, lubang angin terbuka)
Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh hipotermi Akibat yang bisa ditimbulkan
oleh hipotermi yaitu :
1. HipoglikemiAsidosis metabolik, karena vasokonstrtiksi perifer dengan
metabolisme anaerob.
2.
Kebutuhan
oksigen yang meningkat.
3.
Metabolisme
meningkat sehingga pertumbuhan terganggu.
4.
Gangguan
pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan pulmonal yang menyertai hipotermi
berat.
5.
Shock.
6. Apnea.
Cegah kehilangan panas pada bayi dengan upaya
antara lain:
1.
Keringkan bayi dengan seksama
Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah lahir untuk mencegah kehilangan panas yang disebabkan oleh evaporasi atau cairan ketuban pada tubuh bayi, keringkan bayi dengan handuk atau kain yang telah disiapkan diatas perut ibu. Mengeringkan dengan menyekat tubuh bayi juga merupakan rangsangan taktil untuk memulai bayi memulai pernafasannya.
2.
Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
Segera setelah mengeringkan tubuh
bayi dan memotong tali pusat ganti handuk atau kain yang dibasahi oleh cairan
ketuban kemudian selimuti tubuh bayi dengan selimut atau kain yang hangat
kering dan bersih. Kain basah didekat tubuh bayi dapat menyerap panas tubuh
bayi melalui proses radiasi. Ganti handuk, selimut atau kain yang telah basah
diganti dengan selimut atau kain yang baru (hangat, bersih dan kering)
3.
Selimuti bagian kepala bayi
Bagian kepala bayi ditutupi atau
diselimuti setiap saat. Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang relatif
luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak
tertutup.
4. Anjurkan ibu
untuk memeluk dan menyusui bayinya
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat
menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas dan anjurkan ibu untuk
menyusui bayinya segera setelah lahir sebaiknya pemberian ASI harus dimulai
dalam waktu siratu jam pertama kelahiran
5. Cara menimbang
dan memandikan bayi baru lahir
Karena bayi baru lahir cepat
kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan
penimbangan selimut bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat
badan bayi dapat dihitung dari selisih berat bayi saat berpakaian/diselimuti
dikurangi berat kain/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan 6 jam setelah lahir.
Memandikan bayi pada jam pertama setelah kelahiran dapat menyebabkan hipotermi
yang sangat membahayakan kesehatannya.
6. Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat
Idealnya bayi yang baru lahir ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya cara ini adalah cara paling mudah untuk bayi tetap hangat.
2.3 Adaptasi
Kardiovaskuler Bayi Baru Lahir
Pada sistem peredaran darah, terjadi
pada bayi baru lahir, yaitu setelah bayi itu lahir terjadi pengantaran oksigen
ke seluruh jaringan tubuh, maka terdapat perubahan yaitu penutupan foramen
ovale pada atrium jantung dan penutupan duktus anteriosus antara arteri paru
dan aorta. Perubahan ini terjadi akibat adanya tekanan pada seluruh sistem
pembuluh darah, dimana oksigen dapat menyebabkan sistem pembuluh darah mengubah
tenaga dengan cara meningkatkan atau mengurangi resistensi.
STRUKTUR
|
SEBELUM
LAHIR
|
SETELAH
LAHIR
|
Vena Umbilikalis
|
Membawa darah arteri ke hati dan jantung
|
Menutup; menjadi ligamentum teres hepatis
|
Arteri Umbilikalis
|
Membawa darah anterio venosa ke plasenta
|
Menutup; menjadi ligamentum vesikale pada dinding
abdominal anterior
|
Duktus Anteriosus
|
Pirau darah arteri dan sebagian darah vena dari
arteri pulmonalis ke oaorta
|
Menutup; menjadi ligamentum anteriosum
|
Foramen Ovale
|
Menghubungkan atrium kanan dan kiri
|
Biasanya menutup, kadang-kadang terbuka
|
Paru-paru
|
Tidak mengandung udara dan sangat sedikit mengandung
darah; berisi cairan
|
Berisi udara dan disuplai darah dengan baik
|
Arteri Pulmonalis
|
Membawa sedikit darah ke paru
|
Membawa banyak darah ke paru
|
Aorta
|
Menerima darah dari kedua ventrikel
|
Menerima darah hanya dari ventrikel kiri
|
Vena Kafa Inferior
|
Membawa darah vena dari tubuh dan darah arteri dari
plasenta
|
Membawa darah hanya ke atrium kanan
|
Fetus
(janin) menerima oksigen dan makanan dari plasenta. Maka seluruh darah fetus
harus melalui plasenta. Semua darah tercampur, antara darah yang
direoksigenisasi dari plasenta dan darah yang telah direoksigenisasi
meninggalkan fetus untuk masuk kembali ne depan plasenta fungsi paru-paru
dijalankan oleh plasenta. Fetus tidak mempunyai sirkulasi pulmoner seperti sirkulasi pada organ dewasa. Pemberian darah secara terbatas
mencapai paru-paru, hanya cukup untuk makan dan pertumbuhan paru-paru itu
sendiri. Saluran percernaan pada fetus juga tidak berfungsi, karena plasenta
menyediakan makanan dan menyingkirkan bahan buangan keluar dari fetus.
Fetus
in utero mempunyai sirkulausi yang jelas berlainan dari kehidupan setelah
lahir. Darah yang sudah direoksigenisaikan meninggalkan plasenta melalui
satu-satunya vena umbilika berjalan di dalam tali pusat ke umbilikus dan dari
sana ada vena kecil yang berjalan ke porta hepatis. Hampir tidak ada darah
masuk ke dalam hati sebab vena umbilika langsung bersambung dengab vena kava inferior melalui
sebuah pembuluh besar, yang disebut duktus venosus, sebuah struktur yang ada
hanya pada masa fetus. Setelah berada di dalam vena kava inferior, darah
berjalan ke atas dan mencapai atrium kanan. Sebagaian besar darah bukan masuk
ke dalam vertrikel kanan (sebagaimana sirkulasi pada organ dewasa), bukan masuk
atrium kiri, tetepi melalui lubang fetal yang hanya untuk sementara ada didalam
septum interatrial, yangn disebut foramen ovale.
Setelah
mencapai atrium kiri, darah masuk melalui katup mitra ke dalam ventrikal kiri.
Kontraksi vertikal kiri mendorong darah masuk ke dalam aorta asendens. Dari
sini sebagian besar darah didistribusikan ke jantung, otak dan anggota atas.
Darah yang tinggal dalam lengkungan aorta masuk kedalam aorta
torasika-abdominalis desedens. Setelah beredar dalam otak dan anggota atas,
darah kembali ke jantung melalui vena kava superior dan mencapai atrium kanan.
Darah berjalan terus ke bawah ke dalam atrium kanan, kemudian melalui lubang
trikuspid darah masuk ke dalam ventrikel kanan. Dari sini darah dipompa masuk
ke dalam arteri pilmonalis.
Paru-paru
dalam masa fetus tidak aktif hanya mendapatkan sedikit darah. Sebagian besar
darah dalam arteri pulmonaris disalurkan langsung ke dalam aorta melalui sebuah
arteri besar berotot yang disebut duktus arterious yang bargabung dengan aorta
dekat akhir lengkungan aorta (aorta torasika desendens). Dengan demikian
sebagian besar darah yang telah dideoksigenisasi yang melalui duktus arterious
dan sebagian kecil darah yang berisi oksigen, mencapainya melalui lengkungan
aorta.
Pada
masa fetus darah dari plasenta melalui vena umbilikalis sebagian menuju ke
hati, sebagian langsung ke serambi kiri jantung, kemudian ke bilik kiri
jantung. Dari bilik kiri darah dipompa melalui aorta keseluruh tubuh. Dari
bilik kanan darah dipompa sebagian ke paru dan sebagian melalui duktus
arteriosus ke aorta.
Setelah
bayi lahir, paru akan berkembang mengnakibatkan
tekanan arteriol dalam paru menurun. Tekanan dalam jantung kanan turun,
sehingga tekanan jantung kiri lebih besar dari pada jantung kanan yang
mengakibatkan menutupnya foramen ovalesecara fungsional. Hal ini terjadi pada
jam-jam pertama setelah kelahiran oleh karena tekanan dalam paru turun dan tekanan dalam aorta
desendens naik serta disebabkan oleh rangsangan biokimia (Pa O2 yang
naik) dan duktus arterious berobliterasi. Kejadian-kejadian ini terjadi pada
hari pertama kehidupan bayi baru lahir.
Aliran
darah paru pada pada hari pertama ialah 4-5 liter permenit/m2
(Gessner, 1965). Aliran darah sistolik pada hai pertama rendah, yaitu 1,96
liter permenit/m2 dan bertambah pada hari kedua dan ketiga (3,54
liter/m 2) karena penutupan duktus arterious. Tekanan darah pada
waktu lahir dipengaruhi oleh jumlah darah yang melalui transfusi plasenta dan
pada jam-ham pertama sedikit menurun, untuk kemudian naik lagi dan menjadi
konstan kira-kira 85/40 mmHg.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Semua bayi baru lahir, harus beradaptasi dari
keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri. Banyak perubahan yang akan
dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan internal ke lingkungan
eksternal. Seorang bayi yang mendadak mengalami
perpisahan, kebebasan, dan terlepas dari ketergantungan terhadap ibunya. Banyak
perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna ke lingkungan eksterna . Saat ini bayi tersebut harus
dapat oksigen melalui sistem sirkulasi pernapasannya sendiri, mendapatkan
nutrisi oral untuk mempertahankankadar gula yang cukup, mengatur suhu tubuh dan
melawan setiap penyakit. Periode
adaptasi terdahadap kehidupan diluar rahim disebut periode transisi.
Pada sistem peredaran darah, terjadi
pada bayi baru lahir, yaitu setelah bayi itu lahir terjadi pengantaran oksigen
ke seluruh jaringan tubuh, maka terdapat perubahan yaitu penutupan foramen
ovale pada atrium jantung dan penutupan duktus anteriosus antara arteri paru
dan aorta. Perubahan ini terjadi akibat adanya tekanan pada seluruh sistem
pembuluh darah, dimana oksigen dapat menyebabkan sistem pembuluh darah mengubah
tenaga dengan cara meningkatkan atau mengurangi resistensi.
Setelah
bayi lahir, paru akan berkembang mengnakibatkan
tekanan arteriol dalam paru menurun. Tekanan dalam jantung kanan turun,
sehingga tekanan jantung kiri lebih besar dari pada jantung kanan yang mengakibatkan
menutupnya foramen ovalesecara fungsional. Hal ini terjadi pada jam-jam pertama
setelah kelahiran oleh karena tekanan
dalam paru turun dan tekanan dalam aorta desendens naik serta disebabkan
oleh rangsangan biokimia (Pa O2 yang naik) dan duktus arterious
berobliterasi. Kejadian-kejadian ini terjadi pada hari pertama kehidupan bayi
baru lahir.
Aliran
darah paru pada pada hari pertama ialah 4-5 liter permenit/m2
(Gessner, 1965). Aliran darah sistolik pada hai pertama rendah, yaitu 1,96
liter permenit/m2 dan bertambah pada hari kedua dan ketiga (3,54
liter/m 2) karena penutupan duktus arterious. Tekanan darah pada
waktu lahir dipengaruhi oleh jumlah darah yang melalui transfusi plasenta dan
pada jam-jam pertama sedikit menurun, untuk kemudian naik lagi dan menjadi
konstan kira-kira 85/40 mmHg.
3.2 Saran
1.
Bagi
Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan agar dapat mengerti tentang
adaptasi bayi baru lahir, serta hal-hal apa saja yang dapat mempengaruhi
adaptasi bayi baru lahir.
2.
Bagi Tenaga
Kesehatan
Diharapakan mampu dan mengerti tentang adaptasi bayi
baru lahir dan dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi klien serta mampu
memberikan asuhan secara komprehensif bagi klien.
DAFTAR PUSTAKA
·
Muslihatun,wafi
Nur.2010.Asuhan Bayi dan Balita.Fitramaya:Jogjakarta
·
Drew,David.,Jevon,Philip,Raby,Margaret.2006.Resusitasi
Bayi Baru Lahir.Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
·
Sudarti,Khoirunnisa.,Endang.2010.Asuhan
Kebidanan Neonatus Bayi dan Balita.Nuha Medika: Jogjakarta.
·
Asuhan Bayi Baru
Lahir.2003.Pusdiknakes-WHO-JHPIEGO
·
Kosim,M.Sholeh,Yunanto,Ari.,Dewi,Rizalya,dkk.2010.Neonatologi.,
Ikatan Dokter Anak Indonesia:Jakarta.
·
Sulistyawati, Ari.,Nugraheny,Esti.2010.Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Bersalin.Salemba Medika : Jakarta.
·
http://www.scribd.com/doc/76570953/Makalah-Termoregulasi-Pada-Bayi-Baru-Lahir
·
http://putracenter.blogspot.com/2013/06/contoh-makalah-kebidanan.html.