MAKALAH
SGD
PEMNERIAN OBAT
Peningkatan
Kualitas Pendidikan Bidan dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan primer
Dosen
Pembimbing :
Eva Silviana Rahmawati,SST,M.Kes
Disusun
oleh :
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN
PRODI
DIII KEBIDANAN
JL.
DIPONEGORO NO.17 TUBAN
TAHUN
AJARAN 2012-2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Salah satu tugas
penting seorang tenaga kesehatan adalah memberikan obat yang aman dan akurat
kepaa klien, obat adalah sebuah substansi yang diberikan kepada
manusia atau binatang sebagai perawatan, pengobatan, atau bahkan pencegahan
terhadap berbagai gangguan yang terjadi di dalam tubuh. Dalam pelaksanaannya.
Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien yang memiliki masalah.
Selain keuntungannya dalam berbagai hal,
kita juga harus memerhatikan pemakaian dari obat tersebut, karena beberapa obat
dapat menimbulkan efek samping yang serius, bahkan berpotensi menimbulkan efek
yang berbahaya jika aturan pakaianya tidak sesuai yang dianjurkan. Untuk itu
sebagai seorang tenaga kesehatan yang baik kita memiliki tanggung jawab dalam
memahami kerja obat, efek samping yang dapat ditimbulkan oleh obat, memberikan
obat dengan tepat dan membantu klien untuk menggunakannya dengan tepat dan
benar.
1.2 Batasan Topik
1.2.1
Persiapan pemberian obat-obatan dan
cairan dalam praktik kebidanan
1.2.2
Perhitungan dosis obat-obatan dan cairan
dalam praktik kebidanan
1.2.3
Penggunaan unit dosis obat-obatan dan
cairan dalam praktik kebidanan
1.2.4
Pencegahan injury pengobatan dalam
praktik kebidanan
1.3
TRIGGER
CASE I
Nyonya Ratih, usia 22
tahun mengalami telat haid 4 minggu. Sudah satu minggu Ny. Ratih mengeluh
lemas, pusing, mual muntah setiap mencium bau makanan. BB selama hamil turun 2
kg yaitu menjadi 42 kg. Bidan juga menemukan hasil pemeriksaan kondisi Ny.
Ratih sebagai berikut : keadaan umum lemah, kesadaran komposmentis, S : 37,7 OC
N : 100 X/menit, 24 x/menit, turgor
kulit menurun, bibir kering dan muka ibu nampak pucat. Selanjutnya bidan melakukan
rujukan ke RS untuk menangani Ny. Ratih dan keluarganya. Intervensi yang
dilakukan RS untuk menangani Ny. Ratih yaitu : Persiapan dalam pemberian cairan
maupun obat-obatan. Kemudian pemberian terapi sesuai dengan advis dokter
spesialis kandungan di RS. Kewajiban bidan dalam pemberian intervensi tersebut
harus berkerjasama dengan dokter spesialis kandungan dalam perhitungan dan
pemberian dosis obat-obatan dan cairan, serta pencegahan alergi dalam
pengobatan kasus tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Clarity Unfamiliar
1.
Kesadaran composmentis
2.
Turgor kuit
3.
Dosis
4.
Intervensi
5.
Advis
6.
Terapi
7.
Obat
8.
Alergi
9.
Haid
10.
Pemberian cairan
11.
Pencegahan alergi
12.
Spesialis kandungan
13.
Muntah
14.
Keadaan umum
15.
Pemberian dan perhitungan dosis obat
16.
Tampak pucat
17.
Rujukan
18.
Bibir kering
Arrange
Explanation into a tentevie solution
1. Kesadarn
komposmentis adalah tingkat kesadaran normal, seseorang dapat di ajak barbicara
(berkomunikasi).
2. Tergor
kulit menurun adalah elastisitas kulit kurang atau pengembalian bentuk dan warna
kulit yang lambat atau tidak tepat waktu.
3. Dosis
adalah suatu takaran / ukuran susatu obat yang di berikan oleh dokter sesuai
resep.
4. Intervensi
adalah merencanakan asuahan secara keseluruhan (menyeluruh).
5. Advis
adalah saran / nasehat / petunjuk yang di beriakan oleh dokter.
6. Terapi
adalah pengobatan, perawatan, penyembuhan dengan tujuan unyuk menghilangkan /
mengurangi rasa sakit yang di derita dan meningkatkan kenyamanan seseorang.
7. Obat
adalah suatu subtansi (kandungan) yang diberiakan kepada manusia / hewan
sebagai perawatan, pengobatan terhadap gangguan dalam tubuh sesuai dengan
takaran dan waktu tertentu.
8. Alergi
adalah keadaan seseorang yang rentang
terhadap suatu senyawa yang bagiorang lain tidak menimbulkan perubahan ataupun
menimbulkan efek yang negatif.
9. Haid
adalah suatu profesi alami yang terjadi pada perempuan akibat dari hormon yang
di produksi organ-organ kelamin perempuan sehingga mengakibatkan luruhnya sel
telur dalam rahim yang tidak di buahi.
10. Pemberian
cairan adalah suatu proses memasukan cairan dalam tubuh seseorang (pasien)
dengan tujuan untuk memberi ketahanan tubuh.
11. Pencegahan
alergi adalah suatu proses membendung
atau mencegah agar terhidar dari efek suatu obat dengan memperhatikan
dosisnya. Dosis dibagi menjadi:
·
Dosis Maksimum = takaran maksimum banyak tapi tidak menimbulkan
efek bahaya.
·
Dosis Lazim = takaran yang tercantum dalam literatur /
label.
·
Dosis Letails = takaran
obat dalam keadaan biasa dapat menyebabkan
kematian
pada penderita
12. Spesisalis
Kandungan adalah ahli medis yang berperan memberikan peayanan kesehatan yang
menyeluruh dan paripurna bagi wanita yang berkaitan dengan kesehatan
reroduksinya saat tidak hamil, hamil, bersalin, nifas.
13. Muntah
adalah suatu keadaan berupa pengeluaran isi lambung melalui mulut.
14. Keadaan
umum adalah suatu keadaan seseorang pada / secara umum, meliputi :
SEHAT, SAKIT (ringan, sedang dan
berat), LEMAH
15. Pemberian dan perhitungan dosis
obat-obatan
Pemberian obat meliputi persiapan persiapan pemberian obat :
·
Tepat obat
·
Tepat dosis
·
Tepat pasien
·
Tepat jalur pemberian
·
Tepat waktu
·
Tepat pendokumentasian
Perhitungan dosis obat-obatan diberikan
sesuai dengan rumusanya: Rumus young, Dilling, Gaubius, Fried, Sugel, Clark,
dan berdasarkan area permukaan tubuh.
16. Tampak pucat adalah keadaan pucat
meliputi ciri- ciri :
Kantung mata hitam , bibir biru,
konjungtiva putih, biasanya disebabkan anemia dll.
17. Rujukan adalah keputusan bidan yang
dinyatakan atau diberikan kepada klien dalam
pelayanan kesehatan pada RS yang mempunyai fasilitas lengkap.
18. Bibir kering adalah suatu kondisi
dimana pada bagian bibir pecah-pecah, kekeriangan kerena dehidrasi / kekurangan
vitamin C.
2.2
Persiapan pemberian obat-obatan dan cairan dalam praktik kebidanan
1. Tepat
Obat
Sebelum
mempersipakan obat ketempatnya bidan harus memperhatikan kebenaran obat
sebanyak 3 kali yaitu ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat,
saat obat diprogramkan, dan saat mengembalikan ketempat penyimpanan.
Obat
memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang kita
asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu
hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum
memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga
kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak
obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat
dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh
dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
Jika
pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat
perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama
obat dan kerjanya.
2. Tepat Dosis
Untuk
menghindari kesalahan pemberian obat, maka penentuan dosis harus diperhatikan
dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi alat tetes,
gelas ukur, spuit atau sendok khusus, alat untuk membelah tablet dan lain-lain
sehingga perhitungan obat benar untuk diberikan kepada pasien.
3. Tepat
pasien
Obat
yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan dengan cara
mengidentifikasi kebenaran obat dengan mencocokkan nama, nomor register, alamat
dan program pengobatan pada pasien.
Sebelum
obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat
tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau
keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non
verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup
mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara
identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi
harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.
4. Tepat
cara pemberian obat/ rute
Obat
dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan
pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon
yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang
diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal,
rektal, inhalasi.
5. Tepat
waktu
Pemberian
obat harus benar-benar sesuai dengna waktu yang diprogramkan , karena
berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat.
Ini
sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk
mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum
sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam
sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan
bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat
diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi
yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.
6.
Tepat
pendokumentasian
Setelah
obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa
obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak
dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.
2.3 Perhitungan dosis obat-obatan dan cairan
dalam praktik kebidanan
Pembagian
dosis obat pada bayi dan anak balita dibedakan berdasarkan 2 standar, yaitu
berdasarkan luas permukaan tubuh dan berat badan.
a. DM tercantum berlaku untuk
orang dewasa, bila resep mengandung obat yang ber-DM, tanyakan umurnya.
b. Bila ada zat yang bekerja searah, harus dihitung DM
searah (dosis ganda).
c. Urutan melihat daftar DM
berdasarkan Farmakope Indonesia edisi terakhir (FI. Ed.III, Ekstra Farmakope,
FI. Ed.I, Pharm. Internasional, Ph. Ned. Ed. V, CMN dan lain-lain).
d. Setelah diketahui umur pasien,
kalau dewasa langsung dihitung, yaitu untuk sekali minum : jumlah dalam
satu takaran dibagi dosis sekali dikali 100%.
Begitu juga untuk sehari minum : jumlah sehari dibagi dosis
sehari dikali 100%.
e. Dosis Maksimum (DM) searah : dihitung untuk sekali dan
sehari.
f. Cara menghitung Dosis Maksimum (DM) untuk oral
berdasarkan :
1.
Young
Untuk
umur 1-8 tahun dengan rumus :
Da
= n/ n +12 x Dd (mg) tidak untuk anak > 12 tahun
n
= umur dalam tahun
2.
Dilling
Untuk
umur di atas 8 tahun dengan rumus :
Da
= n / 20 + Dd ( mg )
n
= umur dalam tahun
3.
Gaubius
Da
= 1/12 + Dd ( mg ) ( untuk anak sampai umur 1 tahun )
Da
= 1/8 + Dd ( mg ) ( untuk anak 1-2 tahun )
Da
= 1/6 + Dd ( mg ) ( untuk anak 2-3 tahun )
Da
= 1/ 4 + Dd ( mg ) ( untuk anak 3-4 tahun )
Da
= 1/3 + Dd ( mg ) ( untuk anak 4 – 7 tahun )
4.
Fried
Da
= m/150 x Dd ( mg )
5.
Sagel
Da
= (13 w + 15)/100 + Dd ( mg ) ( umur 0 – 20 minggu )
Da
= ( 8w + 7)/100 + Dd ( mg ) ( umur 20 – 52 minggu )
Da
= ( 3w+ 12)/100 + Dd ( mg ) ( umur 1-9 minggu )
6.
Clark
Untuk
umur <1tahun
Da
= w anak/ w dewasa x Dd
7.
Berdasarkan area permukaan tubuh
Dosis
anak = area permukaan tubuh anak/ 1,7 mm² x dosis dewasa normal
2.4 Penggunaan unit obat-obatan dalam praktik
kebidanan
1. Pemberian
Obat per Oral
Merupakan cara pemberian obat melalui mulut dengan
tujuan mencegah, mengobati, mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi
dari jenis obat.
Alat dan bahan :
a. Daftar buku
obat
b. bat dan
tempatnya
c. Air minum
ditempatnya
Prosedur kerja :
1) Cuci tangan
2) Jelaskan
prosedur yang akan dilakukan
3) Baca obat,
dengna berprinsip tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat waktu, tepat
kerja, dan tepat pendokumentasian.
4) Bantu untuk
meminumnya:
a. Apabila
memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul dari botol, maka tuangkan jumlah
yang dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan ke tempat obat. Jangan
sentuh obat dengan tangan. Untuk obat berupa kapsul jangan dilepaskan
pembungkusnya.
b. Kaji
kesulitan menelan, bila ada jadikan tablet dalam bentuk bubuk dan campur dengan
minuman.
c. Kaji denyut
nadi dna tekanan darah sebelum pemberian obat yang membutuhkan pengkajian.
5) Catat
perubahan, reaksi terhadap pemberian obat dan evaluasi respon terhadap obat
dengan mencatat hasilpemberian obat
6) Cuci tangan
2.
Pemberian
Obat via Jaringan Intrakutan
Merupakan cara memberikan atau memasukkan obat ke
dalam jaringan kulit dengan
Tujuan
Pemberian obat intra kutan bertujuan untuk melakukan skintest atau tes terhadap reaksi alergi jenis obat yang akan digunakan. Pemberian obat melalui jaringan intra kutan ini dilakukan di bawah dermis atau epidermis, secara umum dilakukan pada daerah lengan tangan bagian ventral.
Pemberian obat intra kutan bertujuan untuk melakukan skintest atau tes terhadap reaksi alergi jenis obat yang akan digunakan. Pemberian obat melalui jaringan intra kutan ini dilakukan di bawah dermis atau epidermis, secara umum dilakukan pada daerah lengan tangan bagian ventral.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
a. Tempat
injeksi
b. Jenis spuit
dan jarum yang digunakan
c. Infeksi yang
mungkin terjadi selama infeksi
d. Kondisi atau
penyakit klien
e. Pasien yang
benar
f. Obat yang
benar
g. Dosis yang
benar
h. Cara atau
rute pemberian obat yang benar
i.
Waktu yang
benar
Indikasi dan Kontra Indikasi
Indikasi :
bisa dilkakukan pada pasien yang tidak sadar, tidak mau bekerja sama karena
tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, tidak alergi. Lokasinya
yang ideal adalah lengan bawah dalam dan pungguang bagian atas.
Kontra
Indikasi : luka, berbulu, alergi, infeksi kulit
Alat dan bahan:
a. Daftar buku
obat / catatan, jadual pemberian obat
b. Obat dalam
tempatnya
c. Spuit 1 cc /
spuit insulin
d. Kapas
alcohol dalam tempatnya
e. Cairan
pelarut
f. Bak steril
dilapisi kasa steril ( tempat spuit )
g. Bengkok
h. Perlak dan
alasnya
i.
Jarum
cadangan
Prosedur Kerja:
1) Cuci tangan
2) Jelaskan
prsedur yang akan dilakukan
3) Bebas kan daerah
yang kan disuntik, bila menggunakan bau lengan panjang buka dan keataskan
4) Pasang
perlak atau pengalas ibawah bagian yang akan disuntik
5) Ambil obat
untuk tes alergi kemudian larutkan / encerkan dengan aquades ( cairan pelarut)
kemudian ambil 0.5 cc dan encerkan lagi sampai kurang lebih 1 cc, dan siapkan
pada bak instrument atau injeksi.
6) Desinfeksi
dengan kapas alcohol pada daerah yang akan dilakukan suntikan
7) Tegangkan
dengan tangan kiri atau daerah yang akan disuntik
8) Lakukan
penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan sudut 15-20 derajat dengan
permukaan kulit.
9) Semprotkan
obat hingga terjadi gelembung
10) Tarik spuit dan tidak boleh
dilakukan masase
11) Catat reaksi pemberian
12) Cuci tangan dan catat hasil
pemberina obat / test obat, tanggal, waktu, dan jnis obat.
Daerah Penyuntikan
Dilengan
bawah : bagian depan lengan bawah 1/3 dari lekukan siku atau 2/3 dari
pergelangan tangan pada kulit yang sehat, jauh dari PD.
Di lengan atas
: 3 jari di bawah sendi bahu, di tengah daerah muskulus deltoideus.
3.
Pemberian Obat via Jaringan
Subkutan
Merupakan cara memberikan obat melalui suntikan
dibawah kulit yang dapat dilakukan pada daerah lengan atas sebelah luar atau
1/3 bagian dari bahu, paha sebelah luar, daerah dada, dan daerah sekitar
umbilicus ( abdomen ).
Tujuan
Pemberian obat melalui subkutan ini biasanya dilakukan
dalam program pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula
darah. Pemberian insulin terdapat 2 tipe larutan : yaitu jernih dan keruh.
Larutan jernih dimaksudkan sebagai insulin tipe reaksi cepat ( insulin regular
) dan larutan yang keruh karena adanya penambahan protein sehingga memperlambat
absorbs obat atau juga termasuk tipe lambat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
a. Tempat
injeksi
b. Jenis spuit
dan jarum suntik yang akan digunakan
c. Infeksi
nyang mungkin terjadi selama injeksi
d. Kondisi atau
penyakit klien
e. Apakah
pasien yang akan di injeksi adalah pasien yang tepat
f. Obat yang
akan diberikan harus benar
g. Dosisb yang
akan diberikan harus benar
h. Cara atau
rute pemberian yang benar
i.
Waktu yang
tepat dan benar
Indikasi dan kontra indikasi
Indikasi :
bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama, karena
tidak memungkinkan diberikan obat secara oral, bebas dari infeksi, lesi kulit,
jaringan parut, tonjolan tulang, otot atau saras besar di bawahnya, obat dosis
kecil yang larut dalam air.
Kontra
indikasi : obat yang merangsang, obat dalam dosis besar dan tidak larut dalam
air atau minyak.
Alat dan bahan :
a. Daftar buku
obat / catatan, jadual pemberian obat
b. Obat dalam
tempatnya
c. Spuit
insulin
d. Kapas
alcohol dalam tempatnya
e. Cairan
pelarut
f. Bak injeksi
g. Bengkok
h. Perlak dan
alasnya
Prosedur Kerja:
1) Cuci tangan
2) Jelaskan
prosedur yang akan dilakukan
3) Bebaskan
daerah yang akan disuntik, bila menggunakan bau lengan panjang buka dan ke
ataskan
4) Pasang
perlak atau pengalas di bawah bagian yang akan disuntik
5) Ambil obat
untuk dalam tempatnya sesuai dosis yang akan diberikan setelah itu tempatka
pada bak injeksi.
6) Desinfeksi
dengan kapas alcohol pada daerah yang akan dilakukan suntikan
7) Tegangkan
dengan tangan kiri ( daerah yang akan dilakukan suntikan subkutan)
8) Lakukan
penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan sudut 45 derajat dengan
permukaan kulit.
9) Lakukan
aspirasi, bila tidak ada darah semprotkan obat perlahan-lahan hingga habis.
10) Tarik spuit dan tahan dengan kapas
alcohol dan spuit yang telah dipakai masukkan kedalam bengkok.
11) Catat reaksi pemberian dan catat
hasil pemberina obat / test obat, tanggal, waktu, dan jenis obat.
12) Cuci tangan
Daerah Penyuntikan
Otot Bokong
(musculus gluteus maximus) kanan & kiri ; yang tepat adalah 1/3 bagian dari
Spina Iliaca Anterior Superior ke tulang ekor (os coxygeus)
Otot paha
bagian luar (muskulus quadriceps femoris)
Otot pangkal
lengan (muskulus deltoideus)
4. Pemberian
Obat Intravena Langsung
Cara Pemberian obat melalui vena secara langsung,
diantaranya vena mediana cubiti / cephalika ( lengan ), vena saphenosus (
tungkai ), vena jugularis ( leher ), vena frontalis / temporalis ( kepala ).
Tujuan
Agar obat reaksi cepat dan langsung masuk pada
pembuluh darah.
Hal-hal yang diperhatikan
·
Setiap injeksi intra vena dilakukan amat perlahan
antara 50 sampai 70 detik lamanya.
·
Tempat
injeksi harus tepat kena pada daerha vena.
·
Jenis spuit
dan jarum yang digunakan.
·
Infeksi yang
mungkin terjadi selama injeksi.
·
Kondisi atau
penyakit klien.
·
Obat yang
baik dan benar
·
Pasien yang
akan di injeksi adalah pasien yang tepat dan benar.
·
Dosis yang
diberikan harus tepat.
·
Harus benar
Cara atau rute pemberian obat melalui injeksi
Indikasi dan kontra indikasi
indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar
dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat
secara oral dan steril.
kontra
indikasi : tidak steril, obat yang tidak dapat larut dalam air, atau
menimbulkan endapan dengan protein atau butiran darah.
Alat dan bahan :
1. Daftar buku
obat / catatan, jadual pemberian obat
2. Obat dalam
tempatnya
3. Spuit 1 cc /
spuit insulin
4. Kapas
alcohol dalam tempatnya
5. Cairan
pelarut
6. Bak steril
dilapisi kasa steril ( tempat spuit )
7. Bengkok
8. Perlak dan
alasnya
9. Karet
pembendung
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan
prosedur yang akan dilakukan
3. Bebaskan
daerah yang akan disuntik, bila menggunakan bau lengan panjang buka dan ke
ataskan
4. Ambil obat
dalam tempatnya dengna spuit sesuai dengan dosis yang akan disuntikan. Apabila
obat berada dalam sediaan bubuk, maka larutkan dengna larutan pelarut (
aquades)
5. Pasang
perlak atau pengalas di bawah bagian vena yang akan disuntik
6. Kemudian
tampatkan obat yang telah diambil pada bak injeksi
7. Desinfeksi
dengan kapas alcohol
8. Lakukan
pengikatan dengan karet pembendung ( tourniquet ) pada bagian atas daerah yang
akan dilakukan pemberian obat atau tegangkan dengan tangan / minta bantuan atau
membendung diatas vena yang akan dilakukan penyuntikan
9. Ambil spuit
yang berisi obat
10. Lakukan penusukan dengan lubang
menghadap ke atas dengan memasukkan ke pembuluh darah
11. Lakukan aspirasi bila sudah ada
darah lepaskan karet pembendung dan langsung semprotkan obat hingga habis
12. Setelah selesai ambil spuit dengan
menarik dan lakukan penekanan pada daerah penusukan dengan kapas alcohol , dan
spuit yang telah digunakan letakkan ke dalam bengkok.
13. Catat reaksi pemberian, tanggal,
waktu, dan dosis pemberian obat
14. Cuci tangan.
5. Pemberian Obat Intravena Tidak Langsung ( via Wadah )
Merupakan cara memberikan obat dengan menambahkan atau
memasukkan obat kedalam wadah cairan intravena yang bertujuan untuk
meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar terapetik dalam darah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
a. injeksi
intra vena secara tidak langsung hanya dengan memasukkan cairan obat ke dalam
botol infuse yang telah di pasang sebelumnya dengan hati-hati.
b. Jenis spuit
dan jarum yang digunakan.
c. Infeksi yang
mungkin terjadi selama injeksi.
d. Obat yang
baik dan benar.
e. Pasien yang
akan di berikan injeksi tidak langsung adalah pasien yang tepat dan benar.
f. Dosis yang
diberikan harus tepat.
g. tidak
langsung harus tepat dan benar. Cara atau rute pemberian obat melalui injeksi
Indikasi dan kontra indikasi
indikasi :
bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena
tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral dan steril.
kontra
indikasi : tidak steril, obat yang tidak dapat larut dalam air, atau
menimbulkan endapan dengan protein atau butiran darah.
Alat dan bahan :
1. Spuit dan
jarum sesuai dengan ukuran
2. Obat dalam
tempatnya
3. Wadah cairan
( kantong / botol )
4. Kapas
alcohol dalam tempatnya
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan
prosedur yang akan dilakukan
3. Bebaskan
daerah yang akan disuntik, bila menggunakan bau lengan panjang buka dan ke
ataskan
4. Cari tempat
penyuntikan obat pada daerah kantong
5. Lakukan
desinfeksi dengan kapas alcohol dan stop aliran.
6. Lakukan
penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus bagian tengah dan
masukkan obat perlahan-lahan ke dalam kantong / wadah cairan.
7. Setelah
selesai tarik spuit dan campur dengan membalikkan kantong cairan dengan
perlahan-lahan dari satu ujung ke ujung lain.
8. Periksa
kecepatan infus.
9. Cuci tangan
10. Catat reaksi pemberian, tanggal,
waktu, dan dosis pemberian obat
6. Pemberian Obat Intravena Melalui Selang
Alat dan bahan :
1. Spuit dan
jarum sesuai ukuran
2. Obat dalam
tempatnya
3. Selang
intravena
4. Kapas
alcohol
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan
2. Jelakan
prosedur yang akan dilakukan
3. Periksa
identitas pasien dan ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit.
4. Cari tempat
penyuntikan obat pada daerah selang intravena
5. Lakukan
desinfeksi dengan kapas alcohol dan stop aliran
6. Lakukan
penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus bagian tengah dan
masukkan obat perlahan-lahan ke dalam selang intravena.
7. Setelah
selesai tarik spuit.
8. Periksa
kecepatan infuse dan observasi reaksi obat
9. Cuci tangan
10. Catat obat yang elah diberikan dan
dosisnya
7. Pemberian Obat per Intramuskuler
Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot.
Lokasi penyuntikan dapat pada daerah paha ( vastus lateralis ), ventrogluteal (
dengan posisi berbaring ), dorsogluteal ( posisi tengkurap ), atau lengan atas
( deltoid). Tujuannya agar obat di absorbsi lebih cepat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
a. Tempat
injeksi.
b. Jenis spuit
dan jarum yang digunak
c. Infeksi yang
mungkin terjadi selama injeksi.
d. Kondisi atau
penyakit klien.
e. Obat yang
tepat dan benar.
f. Dosis yang
diberikan harus tepat.
g. Pasien yang
tepat.
h. Cara atau
rute pemberian obat harus tepat dan benar.
Indikasi dan kontra indikasi
indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar
dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat
secara oral, bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang,
otot atau saras besar di bawahnya.
kontra
indikasi : Infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, otot atau
saraf besar di bawahnya.
Alat dan bahan :
1. Daftar buku
obat/ catatan, jadual pemberian obat
2. Obat dalam
tempatnya
3. Spuit sesuai
dengan ukuran, jarum sesuai dengan ukuran : dewasa panjang 2,5-3,75 cm, anak
panjang : 1,25-2,5cm.
4. Kapas
alcohol dalam tempatnya
5. Cairan
pelarut
6. Bak injeksi
7. Bengkok
Prosedur Kerja:
1) Cuci tangan
2) Jelaskan
prosedur yang akan dilakukan
3) Ambil obat
kemudian masukkan kedalam spuit sesuai dengan dosis setelah itu letakkan pada
bak injeksi
4) Periksa
tempat yang akan dilakukan penyuntikan (lihat lokasi penyuntikan).
5) Desinfeksi
dengan kapas alcohol pada tempat yang akan dilakukan penyuntikan
6) Lakukan penyuntikan:
a.
Pada daerah
paha ( vastus lateralis ) dengan cara anjurkan pasien untuk berbaring
terlentang dengan lutut sedikit fleksi
b.
Pada
ventrogluteal dengan cara anjurkan pasien utnuk miring, tengkurap atau
terlentang dengan lutut dan pinggul pada sisi yang akan dilakukan penyuntikan
dalam keadaan fleksi
c.
Pada daerah
dorsogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk tengkurap dengan lutut di putar
kearah dalam atau miring dengan lutut bagian atats pinggul fleksi dan
diletakkan di depan tungkai bawah
d.
Pada daerah
deltoid ( lengan atas ) dengan cara anjurkan pasien untuk duduk atau berbaring
mendatar lengan atas fleksi.
7) Lakukan
penusukkan dengan posisi jarum tegak lurus.
8) Setelah
jarum masuk lakukan aspirasi spuit bila tidak ada darah semprotkan obat secara
perlahan-lahan hingga habis.
2.5 Pencegahan
injury pengobatan dalam praktek kebidanan
Alergi obat biasanya
terjadi karena tubuh seseorang sangat sensitif sehingga bereaksi secara
berlebihan terhadap obat yang digunakan.
·
Hindari mengkonsumsi obat yang tidak
diperlukan.
·
Ganti obat yang digunakan dengan obat
yang sesuai dengan kondisi/respon organ-organ dalam/luar.
·
Vitamin dikatakan aman, sebab sekalipun
vitamin dapat menimbulkan alergi bukan karena zat tambahan didalamnya.
·
Untuk menghentikan alergi obat, hanya
dengan satu cara yaitu hanya dengan menghentikan pemakaian obat tersebut dan
mengatasi keadaan yang timbul dari efek.
·
Perlu kerja sama antara pasien dengan
dokter (tenaga medis)
·
Pasien harus mengemukakan pengalamannya
menggunakan obat selama ini, apakah obat tertentu membuat tubuh alergi atau
yang dicurigai menimbulkan alergi, akan sangat bagus atau baik jika setiap
orang memiliki catatan tertulis mengenai penggunaan obat dan apa yang dialami tubuhnya.
2.6 Teknik penyimpanan obat
Dalam
menyimpan obat harus diperhatikan tiga faktor utama, yaitu :
1.
Suhu, adalah faktor terpenting, karena pada umumnya obat itu bersifat
termolabil (rusak atau berubah karena panas), untuk itu perhatikan cara
penyimpanan masing-masing obat yang berbeda-beda. Misalnya insulin, supositoria
disimpan di tempat sejuk < 15°C (tapi tidak boleh beku), vaksin tifoid
antara 2 – 10°C, vaksin cacar air harus < 5°C.
2.
Posisi, pada tempat yang terang, letak setinggi mata, bukan tempat umum
dan terkunci.
3.
Kedaluwarsa, dapat dihindari dengan cara rotasi stok, dimana obat baru
diletakkan dibelakang, yang lama diambil duluan. Perhatikan perubahan warna
(dari bening menjadi keruh) pada tablet menjadi basah / bentuknya rusak.
Teknik penyimpan obat dapat dibagi
menjadi 2 yaitu :
·
Secara Umum
Cara
penyimpanan obat yang secara umum perlu diketahui oleh masyarakat adalah
sebagai berikut :
a. Ikuti
petunjuk penyimpanan pada label/ kemasan
b. Simpan obat
dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.
c. Simpan obat
pada suhu kamar dan hindari sinar matahari langsung.
d. Jangan
menyimpan obat di tempat panas atau lembab.
e. Jangan
menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak beku, kecuali jika
tertulis pada etiket obat.
f.
Jangan
menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau rusak.
g. Jangan
meninggalkan obat di dalam mobil untuk jangka waktu lama.
h. Jauhkan obat
dari jangkauan anak-anak.
Peralatan penyimpanan obat
secara umum memerlukan :
1.
Lemari/rak yang rapi dan terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya yang
berlebihan
2.
Lantai dilengkapi dengan palet
·
Secara
Khusus
Penyimpanan
obat yang secara khusus juga perlu diketahui oleh masyarakat adalah sebagai
berikut :
1. Sediaan obat
vagina dan ovula
Sediaan obat untuk vagina dan anus
(ovula dan suppositoria) disimpan di lemari es karena dalam suhu kamar akan
mencair.
2. Sediaan
Aerosol / Spray
Sediaan obat jangan disimpan di tempat yang mempunyai
suhu tinggi karena dapat menyebabkan ledakan.
Peralatan yang
digunakan untuk penyimpanan obat dengan kondisi khusus diantaranya :
1.
Lemari pendingin dan AC untuk obat yang termolabil
2.
Fasilitas peralatan penyimpanan dingin harus divalidasi secara berkala
3.
Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika dan obat psikotropika
4. Peralatan untuk penyimpanan obat, penanganan dan pembuangan limbah
sitotoksik dan obat berbahaya harus dibuat secara khusus untuk menjamin
keamanan petugas, pasien dan pengunjung
Beberapa obat perlu disimpan pada kondisi dan tempat
yang khusus untuk memudahkan pengawasan, yaitu :
1. Obat
golongan narkotika dan psikotropika masing-masing disimpan dalam lemari khusus
dan terkunci.
2. Obat-obat
seperti vaksin dan supositoria harus disimpan dalam lemari pendingin untuk menjamin
stabilitas sediaan.
3. Beberapa
cairan mudah terbakar seperti aseton, eter dan alkohol disimpan dalam lemari
yang berventilasi baik, jauh dari bahan yang mudah terbakar dan peralatan
elektronik. Cairan ini disimpan terpisah dari obat-obatan.
Syarat ruang penyimpanan menurut Kepmenkes No.1197/Menkes/ SK/X/2004 adalah
ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi, sanitasi temperatur
sinar/cahaya, kelembaban, fentilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan
keamanan petugas, kondisi khusus untuk ruang penyimpanan :
- Obat termolabil
- Alat kesehatan dengan suhu rendah
2.7
Hal-hal yang
diperhatikan dalam pemberian obat pada ibu hamil
a. Sedapat mungkin hindari penggunaan
obat terutama pada trimester pertama kehamilan. Upayakan terapi non
farmakologik (dilakukan terapi dengan menghindari pemberian obat-obatan)
b. Obat hanya diberikan jika jelas
diperlukan dengan mempertimbangkan manfaat dan resikonya.
c. Hindari obat baru, karena datanya
masih terbatas.
d. Pilih obat dengan profil keamanannya
yang sudah diketahui
e. Utamakan monoterapi (maksudnya,
penggunaan satu jenis obat untuk pengobatan suatu penyakit)
f. Gunakan dosis efektif yang terendah,
tetapi perlu juga diingat bahwa perubahan fisiologis ibu selama masa kehamilan
akan mengubah farmakokinetika obat, sehingga pada beberapa obat mungkin perlu
peningkatan dosis untuk mempertahankan kadar terapeutiknya.
g. Gunakan obat dengan durasi sesingkat
mungkin.
h. hidari obat yang bersifat teratogen
pada wanita usia produktif.
i. Jika obat yang digunakan kuat dapat
menyebabkan kecacatan, maka lakukan USG.
2.8
Mengatasi seseorang dengan obat dosis tinggi atau overdosis
a.
Membersikan perut dengan cara mencuci
lambung (memompa perut untuk mengeluarkan obat secara mekanis tidak diserap dilambung,
biasanya dengan mendorong tubuh untuk muntah.
b.
Mengkonsumsi arang aktif (mudah dibeli
ditoko). Karena arang aktif bisa membantu mengikat dan menjaga obat dalam
lambung serta usus sehingga mengurangi jumlah obat yang diserap kedalam darah.
c.
Jika kondisi semakin memburuk/timbulnya
gejala lain segera hentikan mengkonsumsi obat dan mintalah bantuan tenaga medis
untuk mengatasinya.
d.
Untuk overdosis obat tertentu kadang
diperlukan obat-obatan lainnya sebagai penangkal untuk mengembalikan efek yang
timbul dan mencegah kerugian lebih lanjutdari obat yang sebelumnya dikonsumsi.
2.9 Macam-macam tingkat kesedaran
·
Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal,
sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya..
·
Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk
berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
·
Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat,
waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
·
Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran
menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat
pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu
memberi jawaban verbal.
·
Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur
lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
·
Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak
ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek
muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
2.10 Macam-macam Cairan
- Cairan hipotonik: osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
- Cairan Isotonik: osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
- Cairan hipertonik: osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga “menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.
Pembagian cairan lain adalah
berdasarkan kelompoknya:
- Kristaloid: bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan (volume expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera. Misalnya Ringer-Laktat dan garam fisiologis.
- Koloid: ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan keluar dari membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya adalah albumin dan steroid.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Ringkasan
Obat merupakan sebuah
substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau
pengobatan bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi didalam
tubuh, tetapi obat juga bisa menjadi racun
apabila penggunaanya tidak memperhatikan dosis atau takaran obat, yang bias menyebabkan overdosis,untuk
itu kita harus mengetahui macam-macam
dosis, yaitu :
1.
Dosis lazim
Yaitu
dosis yang tercantum dalam literatur,merupakan dosis yang lazimnya dapat menyembuhkan
pembuatan sesuai kompetensi resep dokter.
2.
Dosis taksis
Yaitu takaran obat yang dalam keadaan biasa dapat
menyebabkan keracunan pada penderita
3.
Dosis letails
Yaitu takaran
obat yang dalam keadaan biasa dapat menyebabkan kematian.
Tehnik pemberian obat diantaranya yaitu
:
A. Peberian
obat peroral
B. Pemberian
obat suplingual
C. Pemberian
obat secara bulcal
D. Pemberian
obat secara parental / injeksi: injeksi intradermal, injeksi subkutan, injeksi
intramuscular, injeksi intravena
E. Pemberian
obat secara topical, yaitu pemberian obat mata, pemberian obat tetes telinga,
pemberian tetes hidung, pemberian obat melalui vagina
Adapun persyaratan yang perlu
diperhatikan untuk menjamin keamanan dalam pemberian obat,diantaranya:
1.
Tepat obat
2.
Tepat dosis
3.
Tepat pasien
4.
Tepat jalur pemberian
5.
Tepat waktu
Cara untuk menghindari terjadinya alergi
obat, maka :
·
Perlu kerja sama antara pasien dengan
dokter ( tenaga medis)
·
Pasien harus mengemukakan pengalamannya
menggunakan obat selama ini, apakah obat tertentu membuat tubuh alergi atau
yang di curigai menimbulkan alergi, akan sangat baik jika setiap orang memiliki
catatn tertulis mengenai penggunaan obat dan apa yang di alami tubuhnya.
·
Hindari mengonsumsi obat yang tidak di
perlukan
·
Untuk mengentikan alergi obat hanya
dengan 1 cara yaitu dengan menghentikan pemakaian obat tersebut dan mengatasi
keadaan yang timbul dengan efek
Teknik penyimpana
obat dengan memperhatika 3 faktor, yaitu
:
1.
Suhu adalah faktor penting, karena obat
bersifat termolabil atau berubah karena panas, untuk itu perhatikan cara
penyimpanan masing-masing obat yang berbeda- beda
2.
Posisi adalah letak yang harus di
perhatikan ( pada tempat yang terang letak setinggi mata, bukan tempat umum dan
tercuci )
3.
Kadaluarsa, dapat di hindari dengan cara
rotasi stop, di mana obat baru di letakkan di belakang, yang lama di ambil
duluan. Perhatikan perubahan warna ( dari bening menjadi keruh ) pada tablet
menjadi basah dan rusak.
REFERENSI
·
Hidayat, AA & Uliyah, M (2008),
Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan, Salemba Medika, Jakarta.
·
Sunarsih & Ambarwati, RE (2011),
KDPK KEBIDANAN Teori & Aplikasi, Nuha Medika, Yogjakarta.
·
http://howtobealuckyperson.blogspot.com/2012/11/cara-penyimpanan-obat.html
Diakses pada 22 Febuari 2013 :
20.00 WIB